Rabu, 16 Agustus 2017

Pengertian Media PAK

Bila kita membaca beragam literatur tentang media pembelajaran maka kita akan menemukan ragam definisi tentang media. Namun sebelum sampai pada pembahasan arti media maka uraian ini didahului oleh penjelasan tentang dasar-dasar penggunaan media dalam pembelajaran PAK

I. Dasar-dasar Penggunaan Media dalam Pembelajaran

a. Dasar/landasan Alkitabiah (Dasar Teologis)

Perjanjian Lama

Tuhan adalah Roh adanya. Tidak dapat dilihat oleh manusia. Walaupun Tuhan itu Roh adanya tetapi selalu berkomunikasi kepada manusia pilihan-Nya (umat Israel).
Agar supaya maksud Tuhan dapat dimengerti oleh manusia maka Tuhan sering memakai media ketika menyampaikan maksudNya kepada manusia

Perjanjian Baru

Dalam PL Allah sering diceritakan berkomunikasi kepada oknum-oknum tertentu namun dalam PB Allah itu menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam mengajar sering juga menggunakan media.


Mat. 6:25-31 (burung, bunga, rumput=menggambarkan perhatian Allah kepada umat-Nya)

Mat. 18:1-6 = Siapa yang terbesar di dalam kerajaan Sorga = Anak kecil :kerendahan hati
Mahluk komunikasi yang rasional
Tuhan berkomunikasi dengan manusia melalui media
Manusia berkomunikasi dengan sesame memakai media

Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan akal untuk memanfaatkan segala yang ada di dalam alam semesta ini dapat dipakai untuk menolong sesama memahami pesan melalui berbagai media
Alkitab mengemukakan banyak bukti ttg penggunaan media.
Allah berfirman kepada manusia dengan memakai media.
Contoh: Kamu adalah garam (fungsi)dunia
Kamu adalah terang dunia
Yesus anak domba Allah
Singa dari suku Yehuda (Kekuatan/kekuasaan)
dll
Manusia memberi informasi kepada sesamanya dengan memakai media
Lihatlah anak domba Allah …


b. Dasar/landasan Filosofis

Logi yang berbuah: ke-benar-an berpikir dari penggunaan media pembelajaran atau pemikiran yang mendalam mengapa digunakan media dalam pembelajaran kita namakan sebagai dasar filosofis. Dengan demikian lndasan Penggunaan Media Pembelajaran Landasan filosofis. Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukankah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.


c. Dasar Edukatif

Belajar adalah perubahan pengalaman si peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tidak semua pengalaman belajar didapat peserta didik melalui pengalaman langsung. Ada pengalaman belajar secara langsung tetapi ada pula secara tidak langsung. Dalam konteks inilah media dibutuhkan dalam pembelajaran sehingga peserta didik mengalami pengalaman belajar. Misalnya pengalaman belajar tentang suatu objek yang tidak dapat dilihat/dialami secara langsung tetapi dapat dihadirkan di kelas melalui media sehingga peserta didik mengalami pengalaman belajar tentang objek tersebut.
Kuda tidak dapat didatangkan di kelas tetapi cukup gambar, Ikan yang menelan Yunus tidak dapat dihadirkan di kelas tetapi gambar tentang ikan besar dapat dihadirkan di kelas. Akan tetapi ketika dibawa ke Ancol dan melihat Ikan Paus maka anak akan memiliki pengalaman belajar yang bagus tentang ikan besar.

Ø Dasar/landasan psikologis.

Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut, perlu: (1) diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya, (2) bahan pembelajaran
yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa.
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Berkaitan dengan kontinuum konkrit-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat. Pertama, Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (iconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbul, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa. Kedua, Charles F. Haban, mengemukakan bahwa sebenarnya nilai dari media terletak pada tingkat realistiknya dalam proses penanaman konsep, ia membuat jenjang berbagai jenis media mulai yang paling nyata ke yang paling abstrak.
Ketiga, Edgar Dale, membuat jenjang konkrit-abstrak dengan dimulai dari siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata, kemudian menuju siswa sebagai pengamat kejadian nyata, dilanjutkan ke siwa sebagai pengamat terhadap kejadian yang disajikan dengan media, dan terakhir siswa sebagai pengamat kejadian yang disajikan dengan simbol.

Dalam menentukan jenjang konkrit ke abstrak antara Edgar Dale dan Bruner pada
diagram jika disejajarkan ada persamaannya, namun antara keduanya sebenarnya terdapat
perbedaan konsep. Dale menekankan siswa sebagai pengamat kejadian sehingga
menekankan stimulus yang dapat diamati, Bruner menekankan pada proses operasi
mental siswa pada saat mengamati obyek

Secara psikologis, media mampu memberi rangsangan yang bervariasi kepada otak manusia, sehingga otak dapat berfungsi secara optimal. Rangsangan ini disebabkan karena menurut teori belahan otak[1], manusia memiliki dua belahan otak, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak kanan.

Teori Belahan Otak

1. Belahan otak kanan dengan fungsi:

a. Menjadi tempat kedudukan pikiran visual, emosional, holistic, fisikal, spatial, dan kreatif.
b. Belahan otak kanan mengontrol tindakan.
c. Kemampuan intuisi
d. Kemampuan daya tanggap
e. Kemampuan daya imajinasi
f. Kemampuan kesadaran luas/mendalam
g. Kemampuan bawah sadar berpikir subjektif dengan suara batin

2. Belahan otak kiri dengan fungsi:

a. Menjadi tempat kedudukan pikiran yang bersifat verbal, rasional, analitikal, dan konseptual
b. Belahan otak kiri berfungsi mengontrol wicara
c. Kemampuan dalam proses logis deduktif
d. Kemampuan dalam intelektual
e. Kemampuan akan kesadaran yang berhubungan dengan pancaindera berpikir objektif dalam pengelolaan situasi kondisi luar.

Kedua belahan otak (kiri dan kanan) tidak dapat dominan secara serentak pada saat yang bersamaan. Ransangan pada salah satu belahan otak saja secara berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan. Karena itu, dalam proses pembelajaran kedua belahan otak perlu dirangsang bergantian dengan rangsangan audio-visual[2].
Jadi Dasar Psikologis menggunakan media yaitu manusia yang belajar melakukan kegiatan sbb: membaca, mendengar, melihat, berbicara, menulis, melakukan dll. Bila potensi ini diberdayakan secara baik maka akan terjadi pengalaman belajar yang tingkat prosentasinya digambarkan sbb:

1. Membaca 10 %
2. Mendengar 20 %
3. Melihat 30 %
4. Melihat dan Mendengar 50 %
5. Berbicara dan menulis 70 %
6. Melakukan/Mempraktekkan 90 %

[1] Yusufhadi Miarso dalam buku Menyemai Benih Teknologi Pendidikan ((Jakarta : Pustekomdiknas,20040, hlm. 458. Mengemukakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roger W. Sperry, pemenang hadiah Nobel tahun 1984 yang dimuat dalam buku yang ditulis oleh B.R. Hergenhahn, An Introduction to Theories of Learning, Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall Inc, 1988
[2] Yusufhadi Miarso, Ibid. hlm. 458


Minggu, 13 Agustus 2017

Standar Kompetensi

Mahasiswa mampu mewujudkan kemampuan kudus, kuat iman dan kasih dalam menjelaskan dan memanfaatkan Teknologi (teknologi komunikasi, teknologi informasi, teknologi data) dan Media Pembelajaran sebagai guru (sumber belajar) serta menunjukan kebiasaan menggunakan teknologi internet (fasilitas internet) untuk kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (Rumusan SK oleh dosen MK Teknologi dan Media Pembelajaran PAK Tahun ajaran 2017/2018 : Agustus – Desember 2017 di STT IKSM Santosa Asih)

Rabu, 04 Mei 2016

Panggilan Efektif

Panggilan Efektif

Pada umumnya dibedakan dua macam panggilan: panggilan Injil, dan panggilan efektif, yang akan dibahas di bawah ini. Panggilan Injil berarti bahwa semua orang yang mendengar Injil sungguh-sungguh dipanggil untuk menjadi percaya kepada Kristus. Panggilan efektif berarti bahwa panggilan Injil itu hanya menjadi efektif atau hanya berhasil dalam kehidupan orang-orang pilihan.
Menurut Berkhof  panggilan secara umum, atau panggilan realis adalah panggilan yang datang kepada manusia melalui penyataan umum (yaitu penciptaan, pemeliharaan dan pemerintahan dunia ini). Allah menciptakan alam semesta dengan firman-Nya (Kej. 1, Mzm.33:6,9), dan Allah berfirman oleh penciptaan-Nya (Mzm. 8:2,10; 19:2-7; 29:3-9; 147:15). Allah juga berfirman dalam sejarah (Kis.14:16,17; 17:26), dan melalui lingkungan dimana mereka tinggal, melalui pengalaman hidup mereka (Rom. 1:19-21; 2:14,15). Panggilan ini tidak membawa kepada keselamatan. Akan tetapi ada hubungan erat antara penciptaan dan kelepasan. Pemeliharaan Allah justru menghubungkan penciptaan dengan kelepasan itu. Allah yang satu-satunya yang menyatakan diri kepada semua orang dalam penyataan umum, juga menyatakan diri dalam penyataan khusus sebagai Allah yang penuh anugerah.
Sarana PanggilanPanggilan Efektif yaitu panggilan Injil. Panggilan Injil adalah penawaran keselamatan dalam Kristus kepada orang-orang, yang dibarengi dengan undangan untuk menerima Kristus dalam pertobatan dan iman, agar mereka boleh menerima pengampunan atas dosa-dosa dan kehidupan kekal. Dalam hal ini semua orang harus mendengar Injil. Panggilan Injil ini berarti: semua orang harus mendengar Injil. Injil Yesus Kristus harus diberitakan kepada semua orang, bukan kepada sejumlah orang tertentu. Panggilan ini sesuai dengan Matius Mat.28:19.
Harus dipahami bahwa walaupun Allah telah memilih sejumlah besar dari umat manusia untuk diselamatkan, dan sejumlah lain dilewati (hal itu disebut reprobasi atau penolakan), namun pemberitaan Injil tidak boleh dibatasi kepada sejumlah orang tertentu.
Dalam pemberitaan Injil semua pendengar diundang untuk menerima Yesus
Panggilan Injil bersifat umum atau universal, sehingga semua orang yang mendengar Injiol sungguh-sungguh diundang untuk bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus. Dua nas yang sering disebut adalah Mat.22:1-14 dan Luk.14:16-24, yaitu perumpamaan tentang perjamuan kawin (yang diperbedatkan adalah pertanyaan apakah kedua perumpamaan ini merupakan dua versi dari satu perumpamaan, ataukah dua perumpamaan yang berbeda-beda. Jelas bahwa perbedaan antara kedua perumpamaan ini cukup besar).
Dalam kedua perumpamaan ini ada orang yang dipanggil atau diundang  untuk datang, tetapi mereka menolak panggilan itu. Kelompok pertama ini menunjuk kepada orang Yahudi yang menolak Yesus. Kelompok kedua yang diundang adalah orang-orang yang dianggap rendah (orang-orang miskin, cacat, buta dan lumpuh, Luk.14:21; ‘semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan’, Mat.22:10). Kelompok ketiga (hanya disebutkan dalam Lukas, Luk.14:23) melambangkan orang-orang bukan Yahudi yang akan dijangkau oleh Injil kemudian (mereka berada di luar kota, sedangkan kelompok kedua berada di dalam kota). Jelaslah bahwa semua orang dipanggil (walaupun hanya sebagian meresponi panggilan itu).
Dalam Mat.11:28, Yesus juga mengundang semua orang: ‘Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu’. Dan Paulus mengatakan di atas Aeropagus: ‘maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat’ (Kis.17:30). Lihat juga Why.22:17.
Kalau kita memberitakan Injil, maka kita memberitakannya kepada setiap orang yang kita jumpai. Dan kita betul-betul mempunyai keinginan supaya semua orang yang mendengarkan Injil itu akan bertobat dan percaya kepada Yesus, sehingga mereka diselamatkan. Yang menjadi pertanyaan adalah: apakah Allah juga menginginkan hal itu?

Nas-nas yang berikut membuktikan bahwa Allah secara serius dan bersungguh-sungguh menginginkan keselamatan semua orang yang mendengarkan Injil: Yeh.18:23 dan Yeh.33:11: Allah tidak berkenan kepada kematian orang fasik, tetapi kepada pertobatannya. Kata-kata ini disampaikan kepada seluruh bangsa Yahudi, walaupun tidak semua orang Israel dipilih, lihat Rm.9:6. Mat.23:37: ‘Yerusalem, Yerusalem, ... Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau’. Dari nas ini menjadi jelas bahwa Yesus, Anak Allah (sehingga hal yang sama berlaku bagi Allah sendiri), betul-betul menginginkan bahwa orang-orang Yahudi datang kepada-Nya untuk diselamatkan. Keinginan Yesus yang sungguh-sungguh ini nyata sekali, tetapi banyak orang tidak mau. 2 Pet.3:9: ‘Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, ... tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat’. Kedatangan kembali Yesus tidak dibatalkan, tetapi Allah panjang sabar terhadap manusia. ‘Allah tidak menginginkan siapapun binasa’.  2 Kor.5:20 menunjuk kepada hal yang sama: ‘Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah’. Melalui pelayanan Paulus dan pemberita-pemberita Injil yang lain, Allah mengundang setiap orang untuk memberi dirinya didamaikan dengan Allah.
Implementasi Kesempurnaan Ajaran Tuhan Yesus dalam Teknologi Informasi

Implementasi Kesempurnaan Ajaran Tuhan Yesus dalam Teknologi Informasi

Teknologi adalah konsep dan alat yang dihasilkan manusia untuk mengatasi masalah dalam kehidupan manusia. Manusia dapat menciptakan teknologi karena manusia dicipta segambar dan serupa dengan TUHAN. Manusia dicipta oleh Tuhan dalam kesempurnaan. Kondisi ini dinarasikan dalam Kejadian 1 – 2, sedangkan dalam pasal 3 manusia sudah gagal menaati kehendak Allah. Kesempurnaan manusia sebagai ciptaan TUHAN dinodai oleh dosa. Dengan kata lain manusia tercemar dalam kesempurnaannya. Oleh karena itu maka kedatangan Yesus untuk memulihkan kesempurnaan ciptaan TUHAN. Itulah sebabnya dalam Matius 4:48 Yesus mengajarkan tentang kesempurnaan.
Teks ini menjadi perdebatan teologis yaitu Teks Matius 5:48. Teks ini  telah menjadi diksusi para ahli, diskusi itu salah satunya adalah pokok yang bersifat teologis. Percakapan teologis berkisar pada doktrin “kesempurnaan Kristen” (Christian Perfection) yang diajarkan John Wesley, Victoria L. Campbell. Mereka menulis artikel berisi pembelaan terhadap doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan oleh Wesley. Menurut Campbell, Wesley mengajarkan bahwa kesempurnaan Kristen itu merupakan sebuah “sasaran” (goal) atau “tujuan akhir” (ends). Artinya, kesempurnaan Kristen menurut Wesley bukanlah sebuah status kekinian yang dapat dinikmati oleh orang percaya saat ini dan di sini, melainkan sebuah sasaran atau tujuan akhir yang menjadi orientasi dari seluruh kehidupan Kristiani.
Wesley mengajarkan tentang kesempurnaan sebagaimana yang dimaksud oleh Yesus tetapi dinilai oleh J. Sidlow Baxter bahwa ajaran kesempurnaan Kristen dari Wesley adalah tidak Alkitabiah dan tidak mungkin tercapai oleh oleh orang percaya dalam kehidupan ini.
Menurut Witherington, Wesley memang mengajarkan doktrin kesempurnaan Kristen yang bersifat progresif, bukan status kekinian, namun Wesley memang percaya bahwa progress menuju kesempurnaan Kristen itu dapat tercapai dalam hidup ini. Hal ini disebabkan Wesley mendefinisikan dosa secara terlalu sempit yaitu sebagai “perlawanan secara sengaja terhadap hukum-hukum moral yang telah tercatat dalam Alkitab”.
Kritik Witherington terhadap Wesley adalah bahwa Wesley tidak tepat dalam pendefinisiannya mengenai dosa, sementara Witherington sendiri tetap mengakomodasi inti doktrin kesempurnaan Kristen yang diajarkan Wesley. Apa yang diperdebatkan itu ada dalam Matius 5:17-48; 1 Korintus 10:13; 1 Yohanes 1:8-10; 2:2; 3:6-9; dan 4:12, 17-18. Namun apakah Matius 5:48, menegaskan bahwa orang-orang Kristen harus mencapai suatu tingkat kehidupan yang sempurna di dalam segala aspeknya dalam hidup ini? Apakah yang dimaksudkan dengan “sempurna” dalam teks ini?. Sempurna dalam hal apa? Inilah yang menjadi masalah penelitian.
Selain ajaran tentang kesempurnaan dalam teks di atas, bagaimana manusia mengimplementasikan kesempurnaan dalam teknologi informasi. Salah satunya yaitu menjadi publisher di blog dan memanfaatkan blogspot. Pemanfaatan blog oleh para blogger, khususnya blogger PAK dari berbagai kalangan, entah itu pemula, menengah dan tingkat mahir sudah mengenal apa itu publisher di blog. Publisher dalam dunia blog adalah pemilik blog yang mendaftar pada sebuah website atau beberapa website yang menyediakan program “publisher” atau “penerbit” iklan. Iklan yang diterbitkan di blog merupakan iklan yang disediakan oleh pemilik produk yang hendak mempromosikan produknya secara online melalui pemilik website yang menyediakan program menerbitkan publisher dan Advertizer.
Berdasarkan pemilik produk yang mendaftarkan iklan produknya di website penyedia layanan publisher maka pemilik blog yang mendaftar jadi publisher dan telah disetujui permohonannya maka pemilik blog selanjutnya menjadi penerbit iklan di blog dengan cara kopi kode iklan dan menempatkan di salah satu halaman atau bilah blog. Kode iklan tersebut dapat dimasukan dalam javascrip atau halaman blog yang memuat satu atau beberapa postingan.
Berdasarkan iklan yang muncul dalam blog dan diklik oleh pengunjung maka hasil dari klik tersebut akan dihargai oleh pemilik website penyedia layanan publisher dengan nominal tertentu yang dijadikan sebagai hadiah. Dari sinilah pemilik blog mendapat uang.
Berdasarkan penjelasan di atas jelaslah bahwa ada kerja sama antara pemilik blog dengan penyedia layanan program publisher. Kerja sama ini tentunya saling menguntungkan kedua belah pihak. Selain itu pemilik produk juga mendapat keuntungan yaitu produknya dipromosikan dan mulai dikenal pengunjung. Bila terjadi pembelian maka tiga pihak saling menguntungkan.
Jadi, publisher di blog adalah pemilik blog yang telah mendaftar menjadi publisher pada penyedia layanan program publisher atau penerbit iklan yang menyetujui untuk pemilik blog dapat menerbitkan iklan di blognya. Bila terjadi klik oleh pengunjung maka terjadi keuntungan bagi pemilik blog, penyedia program publisher dan pemilik produk. Disini mulai terjadi pengaruh. Pengaruhnya yaitu pengunjung mengklik iklan dan pemilik blog mendapat keuntungan, demikian pula penyedia layanan publisher dan pemilik produk.
Blogspot. Blogspot adalah salah satu blog gratis yang pengaruhnya sudah mendunia. Semua kalangan sudah, sedang dan akan menggunakan blogspot. Blogspot sangat mudah untuk digunakan, tidak terlalu sulit dalam memanfaatkan blogspot untuk publikasi tulisan maupun produk-produk tertentu.
Keunggulan blogspot adalah sudah menyatu dengan google. Selain itu fasilitas lain seperti email dari gmail.com juga sudah terintegrasi dengan google. Google adalah mesin pencari online yang sudah mempengaruhi dunia. Google tidak asing lagi.Oleh karena popularitasnya maka postingan melalui blogspot cepat terindeks oleh google. Terlebih lagi jika memakai fasilitas google+
Implementasi kesempurnaan dalam memanfaatkan blog tidak mudah. Karena banyak godaan. Oleh karena itu perlu kita sikapi secara positif dalam iman Kristen tentang kehadiran blogspot yang ditunjang dengan berbagai fasilitas membuat blogspot punya pengaruh dalam dunia online, khususnya dalam teknologi informasi. Blogspot adalah salah satu alat teknologi. Melalui blogspot, komunitas Pendidikan Agama Kristen dapat menyampaikan pesan yang berupa pelajaran-pelajaran keagamaan maupun informasi-informasi lainnya yang bersifat positif.

Bagaimana menerapkan doktrin kesempurnaan melalui teknologi Informasi. Informasi yang disampaikan melalui blogspot dengan cepat diketahui di seluruh dunia. Kemudahan ini karena internet. Internet adalah terkoneksinya satu komputer dengan komputer lain diseluruh dunia melalui koneksi internet. Jawabannya yakni kita menggunakan fasilitas publisher secara baik, demikian juga menggunakan blogspot untuk memuliakan TUHAN.

Senin, 02 Mei 2016

Pelayanan Bimbingan dalam Teknologi dan Media Pembelajaran

Pelayanan Bimbingan dalam Teknologi dan Media Pembelajaran

Dalam melaksanakan perkuliahan dalam bidang studi Teknologi dan Media PAK tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan bimbingan. Pelayanan bimbingan sedemikian penting untuk peserta Teknologi dan Media PAK. Jika demikian apa itu Pelayanan Bimbingan. Berikut beberapa pengertian tentang pelayanan bimbingan.
Dalam beberapa literatur, misalnya oleh Sutirna mengemukakan beberapa pengertian tentang bimbingan, yakni: (1) bimbingan adalah bantuan kepada individu dalam membuat suatu pilihan yang cerdas untuk mengatasi masalah dalam kehidupan yang dihadapi orang yang dibimbing. (H. Sutirna,2013:145) Kedua, bimbingan adalah   bantuan pemecahan masalah seseorang, sehingga dapat membuat keputusan yang terbaik atau dengan kata lain dengan bimbingan diharapkan memperoleh sebuah solusi dan perencanaan yang tepat. Dalam hal ini pembimbing harus dapat memberikan gambaran tentang cara pandang yang salah untuk mempersiapkan masa yang akan datang. Ketiga, bimbingan adalah upaya untuk membuat setiap individu akrab dengan berbagai informasi tentang dirinya, kemampuannya, perkembangan dirinya sebelumnya diberbagai bidang kehidupan , dan rencana di masa depan (H. Prayitno dan Erman Amti , 2013:145)
Selain pendapat di atas H. Prayitno dan Erman Amti mengutip definisi Crow & Crow yaitu bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Selanjutnya  mengutip  Tiedeman dalam Bernard dan Fulmer yaitu bimbingan adalah membantu seseorang agar menjadi berguna, tidak sekadar mengikti  kegiatan yang berguna. H. Prayitno dan Erman Amti, 2013:94)
 Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikatakan bahwa bimbingan berarti bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain yang memerlukannya. Bimbingan tersebut  diberikan kepada setiap orang, namun diprioritaskan kepada individu-individu yang membutuhkannya atau benar-benar harus dibantu.
Bila dikatalan bahwa bimbingan adalah bantuan terarah dan tersruktur untuk menolong orang yang benar-benar membutuhkan maka bimbingan merupakan suatu proses yang bersifat kontinue, tidak hanya diberikan sewaktu-waktu saja, dan secara kebetulan, namun merupakan kegiatan yang terus-menerus, sistematis, terencana dan terarah pada tujuan. Bimbingan  diberikan agar individu mengembangkan dirinya semaksimal mungkin, menyesuaikan diri secara harmonis dengan lingkungan. Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghindari kesulutan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya.
Bila dihubungkan dengan bimbingan terhadap mahasiswa peserta mata kuliah teknologi dan Media PAK maka mahasiswa mendapat bantuan terarah dalam mengikuti mata kuliah teknologi dan Media PAK.

Filsafat Teknologi dan Media PAK

Filsafat Teknologi dan Media PAK

Setiap bidang studi atau mata kuliah memerlukan berpikir mendalam atau filsafat. Apa sesungguhnya filsafat teknologi dan Media PAK? maka kita berusaha mengartikan filsafat dan menghubungkannya dengan teknologi dan Media PAK.
Ketika saya kuliah, saya dan teman-teman mengalami kesulitan  memahami apa pengertian filsafat yang secara teknis operasional mendarat dan menjiwai seseorang dalam belajar filsafat dan menerapkannya. Saya kemudian mendapat salah satu jawaban, yaitu usaha mengerti filsafat secara baik, terukur dan mengyemangati roh filsafat dalam diri pelaku studi filsafat yaitu dengan memahami percakapan Sokrates dan murid-muridnya.
Robert R. Boehlke dalam bukunya berjudul “Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen dari Plato sampai Ig. Loyola (2013:2-3) mengutip Muchtar Jahya tentang contoh gaya mengajar Sokrates yang dibuat oleh Guru besar John  Adams dari Universitas Oxford dengan isi tanya jawab sebagai berikut.
Sokrates: “Apakah yang dimaksud dengan serangga (insect) itu?
Murid: “Serangga ialah binatang kecil bersayap.” (Murid yakin bahwa jawabannya itu benar)
Sokrates: Kalau begitu, tentu ayampun boleh kita namai serangga.”
Murid: Ayam bukan demikian kecilnya hingga dapat dinamai serangga. Ayam itu amat besar kalau dibandingkan dengan serangga.”
Sokrates: “Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap.”

Murid: “Betul!”
Sokrates: “Kalau demikian, burung pipit dapat dinamai serangga, sebab dia demikian kecilnya”.
Murid: “Tidak! Burung sekali-kali tidak dapat dinamai serangga, sebab dia demikian kecilnya.”
Sokrates: Jadinya: Serangga ialah binatang yang amat kecil, dia bersayap, tetapi bukan dari jenis burung.”
Murid: “Benar”
Sokrates: “Kemarin saya memasuki salah satu took, di dalamnya saya melihat kaleng-kaleng kecil. Pada masing-masing kaleng itu tertulis: Tepung keating yang paling manjur untuk memberantas serangga.” Pada masing-masing kaleng itu tergambar beberapa macam binatang kecil bukan dari jenis burung, tetapi tidak ada mempunyai sayap, umpama pijat-pijat, kutu kucing dll. Rupa-rupanya mereka salah menamakan binatang-binatang tersebut serangga, sebab masing-masing tidak bersayap. Adakah masuk akal serangga tidak bersayap, menurut yang telah kita tetapkan itu?”
Murid: “Binatang-binatang tersebut memang serangga, semua orang tahu itu.”
Sokrates: “Aneh, aneh. Apa pulakah arti serangga sekarang, menurut pikiranmu. Apakah sekaran kau berpendapat bahwa “Serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap, bukan dari jenis burung, dan kadang-kadang tidak bersayap.’ Sesungguhnya perkataan ini amat berlawan-lawanan.”
Murid: “Celaka! Pertanyaan-pertanyaan orang ini membosankan. Coba tuan sendiri yang menerangkan kepada kami, apa arti serangga itu, supaya kami puas dan tuanpun puas.”
Sokrates: “Bukankah dari tadi saya bilang padamu bahwa saya sendiri pun tidak mengetahui.
Sekarang mari kita periksa bersama-sama, moga-moga kita sampai pada hakikat sebenarnya. Jalan yang paling baik ialah kita ambil 3 atau 4 ekor serangga dari jenis yang bermacam-macam, kemudian kita bandingkan satu dengan yang lain, untuk mengetahui sifat-sifat yang sama. Apakah serangga yang akan kita ambil?”
Murid: “Mari kita ambil kupu-kupu, semut, kerangga dan kumbang
Sokrates: “Bagus”
Berdasarkan jenis-jenis serangkan itu mereka merumuskan berdasarkan fakta tentang “apa itu serangga?”
Serangga ialah binatang beruas, kulitnya kesat, lagi keras, kakinya enam, mempunyai sayap, atau bekas sayap.”
Berdasarkan percakapan dialogis di atas, kita belajar apa artinya berpikir radikal/mendalam terhadap salah satu realitas (Salah satnya: Serangga). Mudah-mudahan dialog diatas menolong kita memahami apa itu filsafat dalam arti berpikir mendalam/radikal terhadap realitas dan merumuskan realitas tersebut yang kemudian menghasilkan kebenaran.
Belajar filsafat memang menyenangkan tetapi juga membingungkan. Hal yang terakhir ini disebabkan karena terdapat ragam pengertian tentang filsafat. Saya tidak menjanjikan dan menjamin bahwa materi ini memberi sumber pemahaman yang tuntas tentang apa itu filsafat. Hal itu sulit diwujudkan. Namun perlu disadari bahwa keragaman pengertian filsafat bukanlah sesuatu yang menyesatkan, hal itu wajar saja karena setiap orang memberi arti sesuai dengan pemahamannya. Selanjutnya sesuai dengan topik yakni "pengertian filsafat" maka dalam postingan ini saya menjelaskan tentang pengertian filsafat. Pengertian yang saya paparkan ini telah mendorong/mensemangati saya dalam mengajar Filsafat Ilmu dalam bidang Pendidikan Kristen maupun Teologi Penggembalaan.
Menurut Jan Hendrik Rapar, filsafat adalah mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan karena memang filsafatlah yang telah melahirkan segala ilmu.
Menurut para rohaniawan dan teolog menyatakan filsafat sebagai “ancilla theologiae”, yaitu budak atau pelayan teologi. Sebagai pelayan teologi, filsafat memiliki tugas memformulasikan argumentasi-argumentasi yang kuat untuk membela isi iman Kristen. Ada pula rohaniawan dan teolog yang menuding filsafat sebagai alat iblis terkutuk. Karena itu harus ditolak oleh semua orang beriman.
Tudingan ini tidak sepenuhnya benar, Tuhan tidak menciptakan manusia sebagai robot, manusia memiliki pikiran. Dengan pikiran itu manusia berfilsafat (berpikir). Namun tidak kegiatan berpikir dikategorikan filsafat. Berpikir yang dikategorikan filsafat  adalah berpikir yang berlangsung dalam syarat-syarat tertentu (Rapar, 2000:12-13). Memang harus diakui bahwa berpikir yang berciri filsafat dapat membawa seseorang pada dua pilihan, yaitu kesetiaan kepada iman atau penyimpangan iman (alias tidak mengakui adanya Tuhan). Oleh karena itu berfilsafat harus berlangsung dalam kawalan iman dan perlindungan kasih.

Untuk memahami filsafat, maka saya merumuskan pengertian filsafat dalam dua pendekatan. Pertama, secara etimologi dan kedua secara konseptual (definisi para ahli filsafat).
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, dari kata “philosophia”. Kata “philosophia” merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata: “philos” dan “Sophia”. Kata “philos” berarti kekasih, atau bisa juga sahabat. Sedangkan “Sophia” berarti kebijaksanaan atau kearifan atau juga pengetahuan.
Jadi, arti harafiah “philosophia” berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.
Definisi para ahli:
Plato dalam Jan Hendrik Rapar menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada atau filsafat adalah usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus (Louis O. Kattsoff, 1996:2)
Aristoteles (Murid Plato) mengemukakan beberapa pengertian filsafat. Pertama, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada. Kedua, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari “peri ada selaku peri ada” (being as being) atau peri ada sebagaimana adanya (being as such).
Rene Descartes (Filsuf Prancis)
Argumen yang terkenal dari Descartes yakni: “Aku berpikir maka aku ada” (cogito ergo sum). Jadi, filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia.
William James (Filsuf Amerika), Filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
R.F. Beerling (mantan guru besar filsafat UI) menyatakan filsafat adalah suatu usaha untuk mencari radix atau akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Louis Kattsoff, filsafat membawa kita kepada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak. Kegiatan kefilsafatan ialah pemikiran secara sistematis. Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh/komprehensif (Louis O. Kattsoff, 1996:3-4, 6, 12)
Berpikir radikal (berpikir mendalam) tidak berarti mengubah, membuang, atau menjungkirbalikan segala sesuatu, melainkan dalam arti sebenarnya, yaitu berpikir secara mendalam untuk mencapai akar persoalan yang dipermasalahkan. Berpikir radikal sebenarnya hendak memperjelas realitas, lewat penerimaan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri (Rapar, 2000:21)
Yonas Muanley, filsafat adalah berpikir radikal atau berpikir mendalam terhadap realitas (realitas/ada secara menyeluruh maupun salah satu realitas). Salah satu realitas itu yakni “teknologi dan Media Pembelajaran PAK"
Jadi, filsafat teknologi dan Media PAK adalah berpikir secara radikal tentang teknologi dan Media Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Apa yang perlu dipikirkan secara mendalam, komprehensif, bersistem terhadap Teknologi dan Media PAK. akan diusahakan dalam pembahasan materi teknologi dan media PAK.
Selamat berpikir mendalam dalam Teknologi dan Media PAK.


Kamis, 12 Desember 2013

Teknologi dan Pembelajaran PAK dengan  Google serta Gmail

Teknologi dan Pembelajaran PAK dengan Google serta Gmail

Google merupakan mesin pencari yang banyak dipakai di seluruh dunia, khususnya peserta lomba blog Teknologi dan Media Pembelajaran PAK.bersyukur dengan adanya google dan email serta blogspot memberi peluang kita berkarya secara online. Dengan kata lain pokok-pokok berikut ini dapat kita teliti dan onlinekan:


Berbagai topic yang dibahas dalam teknologi dan media Pembelajaran PAK: Pengertian Teknologi, Peranan Teknologi Pembelajaran, Dimensi-dimensi Teknologi Pembelajaran, Pusat Sumber Belajar, Hakikat Media Pembelajaran, Kategori dan Jenis Media Pembelajaran, Media Pembelajaran PAK,  TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran),  Penggunaan Fasilitas Internet Untuk Instruksional Pembelajaran PAK: e-mail; world wide web (www): Berbayar, Gratis, seperti: www.blogger.com (blogspot), www.wordpress.com, dan lain-lain (Blog dan website gratis melimpah di internet), Membuat Bahan Ajar Online Berbasis Free Weblog.